Pelajaran pertama yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada Asabiqunal Awalun diantaranya adalah mengenai keberadaan Allah Subhana Wata'ala, dimana keberadaan atau dzat Allah adalah Mukholafatul Lilhawaditsi yaitu bahwa dzat Allah tidak sama dengan mahluk ciptaan Nya, artinya bahwa Allah menciptakan alam ini tanpa terikat oleh ciptaan Nya sendiri, Allah menciptakan langit dan bumi dan surga dan neraka, namun Allah tidak berada di neraka atau surga, Allah tidak seperti mahluk Nya yang membutuhkan tempat, justru Allah lah yang menentukan ketetapan untuk semua mahluk ciptaan Nya, itulah sebabnya mengapa semua utusan Nya termasuk Rasulullah saw bisa mengetahui hal hal yang akan terjadi di masa yang akan datang karena mendapat pengetahuan dari dzat pencipta ruang dan waktu dan Allah tidak terikat atau dibatasi oleh ruang dan waktu.
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". Al Ihklas 1-4
Sifat wajib Allah yang pertama adalah wujud yang artinya ada. Maksudnya, Allah adalah Dzat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun, dan tidak Ada tuhan selain Allah SWT.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudia ia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi Syafa’at 1190. Maka kamu tidak memperhatikan?” (QS. As – Sajadah : 4)
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha : 14)
Sifat mustahil bagi Allah adalah ‘Adam = Tiada (bisa mati)
Qidam (Terdahulu/Awal)
Dialah sang pencipta yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Maksudnya, Allah telah ada lebih dulu daripada apa yang diciptakannya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dialah yang awal dan yang akhir. Yang zhahir dan yang bathin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al – Hadid : 3)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Huduth = Baharu (bisa di perbaharui)
Baqa’ (Kekal)
Maksudnya Allah maha kekal. Tidak akan punah, binasa, atau mati. Dia akan tetap ada selamanya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Tiap – tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-lah segala penentuan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan”. (QS. Al – Qasas : 88)
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Rabb mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar – Rahman : 26-27)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Fana’ = Binasa (tidak kekal/mati)
Mukholafatul Lilhawaditsi (Tidak sama dengan makhluk ciptaanya)
Allah sudah pasti berbeda dengan ciptaanya. Dialah dzat yang Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatupun yang mampu menandingi dan menyerupai keagunganNya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS. Al – Ikhlas : 4)
“Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengan dan Melihat”. (QS. Asy – Syura : 11)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Mumatsalatu lil hawaditsi = Menyerupai makhluknya
Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Maksudnya Allah itu berdiri sendiri, tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya Allah benar – benar Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta”. (QS. Al – Ankabut : 6)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Qiyamuhu Bighayrihi = Berdiri dengan yang lain
Wahdaniyah (Tunggal/Esa)
Allah maha esa atau tunggal. Maksudnya, tidak ada sekutu bagiNya. Dialah satu – satunya Tuhan pencipta alam semesta.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan – tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu akan binasa”. (QS Al – Anbiya : 22)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Ta’addud = Berbilang – bilang (lebih dari satu)
Qudrat (Berkuasa)
Maksudnya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah SWT.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al – Baqarah : 20)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Ajzun = Lemah
Iradat (Berkehendak)
Maksudnya, apabila Allah berkehendak maka jadilah hal itu dan tidak ada seorangpun yang mampu mencegahNya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”. (QS. Hud : 107)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Karahah = Terpaksa
‘ilmun (Mengetahui)
Maksudnya, Allah SWT Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang tampak maupun yang tidak tampak.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Qaf : 16)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Jahlun = Bodoh
Hayat (Hidup)
Allah SWt adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah. Dia kekal selamanya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya”. (QS. Al – Furqon : 58)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Mautun = Mati
Sama’ (Mendengar)
Maksudnya, Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan maupun yang disembunyikan dalam hati.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al – Maidah : 76)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Shamamun = Tuli
Basar (Melihat)
Maksudnya, Allah melihat segala sesuatu. Pengelihatan Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah melihat atas apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al – Hujurat : 18)
“Dan perumpamaan orang – orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”. (QS Al – Baqarah : 265)
Sifat mustahil bagi Allah adalah ‘Umyun = Buta
Qalam (Berfirman)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara sempurna tanpa bantuan dari apapun dan tidak seperti manusia yang berkata kata dengan menggunakan mulut. Terbukti dari adanya firmanNya dari kitab – kitab yang diturunkan lewat para Nabi.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya”. (QS. Al – A’raf : 143)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Bukmun = Bisu
Qadiran (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Hampir kilat itu menyambar pengelihatan mereka. Setiap kali sinar itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. jika Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan pengelihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al – Baqarah : 20)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu ‘Ajizan = Zat yang lemah
Muridan (Berkehendak)
Maksudnya, bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang bisa menolak kehendakNya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksanya terhadap apa yang Dia kehendaki”. (QS. Hud : 107)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu Karihan = Zat yang terpaksa
‘Aliman (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang ditampakan maupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah Yang Maha Esa.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu” … (QS. An – Nisa : 176)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu Jahilan = Zat yang bodoh
Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak akan tidur ataupun lengah.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah denga memuji-Nya. Dan cukuplah dia Maha Mengetahui dosa – dosa hambaNya”. (QS. Al – Furqon : 58)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu Mayyitan = Zat yang mati
Maksudnya, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan, ataupun doa hambaNya.
”dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Asy Syuraa: 11)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu Asshama = Zat yang tuli
”Sayangilah diri kalian terhadap doa, karena sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Tuhan yang tuli dan dan tidak samar Sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan dekat lagi Maha Mengabulkan. "
Yang dimaksud dengan kata-kata ”sayangilah diri kalian” ialah jangan mengeraskan suara di dalam berdoa.
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu ‘Ama = Zat yang buta
Bashiran (Melihat)
Keadaan Allah yang melihat tiap – tiap yang maujudat (benda yang ada). Allah selalu melihat gerak gerik kita. Oleh arena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
”Dan Allah Ta'ala Maha Melihat apa yang kamu kenakan” (Al Hujurat: 18)
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu A’ma = Zat yang buta
Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)
Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman, berkata kata tapi tidak seperti mahluk ciptaan Nya yang berkata kata dengan mulut. Firman Allah terwujud lewat kitab – kitab suci yang diturunkan lewat para nabi.
Sifat mustahil bagi Allah adalah Kaunuhu Abkama = Zat yang bisu
Nabi Muhammad saw pernah ditanya oleh seorang sahabat beliau; “Wahai Rosulullah, apakah amalan yang paling utama? Rasulullah saw menjawab; Ilmu Mengetahui tentang Allah. Sahabat itu bertanya pula; Ilmu apa yang Nabi maksudkan? jawab Nabi saw; Ilmu Mengetahui Allah dengan sebenar-benarnya. Sahabat itu rupanya menyangka Rosulullah saw salah tanggap, lalu sahabat itu menegaskan; Wahai Rasulullah kami bertanya tentang Amalan sedang anda menjawab tentang ilmu! jawab Nabi saw pula; Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan Ilmu mengetahui Allah dan banyak amalan tidaklah bermanfaat bila disertai dengan kejahilan tentang Allah SWT.
Ma’rifatullah adalah ilmu yang sampai ketingkat keyakinan yang mutlak dalam mengenal ke-Esa-an Allah, baik itu Af’al, Asma, Sifat, dan Dzat-Nya. Dan Arifbillah (orang yang mengenal Allah) itu selalu merasa dan yakin bahwa dia bersama dengan Allah SWT dimana saja berada. Hal seperti inilah semulia-mulianya iman, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw;
Dari Abbadah bin Samat r.a, berkata bahwa Rasulullah saw bersabda;
“Semulia-mulianya iman seseorang yaitu ia Mengetahui bahwa Allah bersama dia dimana saja berada.” (HR. At Thabrani).
Allah SWT menciptakan makhluk adalah dengan tujuan yang paling utama, yaitu untuk Mengenal-Nya. sebagaimana Firman Allah di dalam Hadits Qudsi;
"Aku adalah Perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka kujadikan Makhluk supaya dengan Aku mereka kenal.” (HR. Bukhori)
Setelah kita mengenal Allah SWT, maka kita diwajibkan untuk mengabdi kepada-Nya. seperti Firman Allah di dalam Alquran;
"Dan Aku tidak menjadikan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku" (Azzariyaat 51:56)
Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Barang siapa berbuat kebaikan, baginya sepuluh kebaikan serupa dan (boleh jadi) Aku tambah. Dan barang siapa berbuat keburukan, balasannya satu keburukan dan (bisa jadi) Aku ampuni. Siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Barang siapa mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Siapa mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berlari. Siapa menemui-Ku dengan membawa kesalahan hampir (sebesar) bumi, tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, Aku temui dia dengan (memberinya) ampunan sebesar itu.”
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" QS. Fushilat 53