Kelahiran Nabi

Aminah tidak pernah merasakan beban berat karena kehamilannya. Hingga tibalah kepulangan rombongan kafilah dagang Makkah dari Suriah. Peristiwa Kepulangan karavan dagang ini terjadi sekitar 23 Maret 571 M. Masyarakat Makkah tumpah ruah ke jalan-jalan. Perempuan dan anak-anak menghampiri suami-suami mereka yang membawa buah tangan berbagai jenis buah-buahan, makanan, pakaian, perhiasan, dan segala jenis keperluan sehari-hari.

Tak terkecuali Aminah binti Wahab, yang sedang diliputi suasana kerinduan menunggu kepulangan suami tercinta, Perempuan yang sedang hamil itu pun sibuk mencari-cari suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib. Sayang, perempuan muda nan rupawan, berumur 18 tahun, ini tak menemukan suaminya. Aminah diberitahu bahwa suaminya, menderita sakit di tengah perjalanan ketika kembali menuju Makkah. Sehingga terpaksa berhenti di Madinah untuk mendapatkan pengobatan.

Sang mertua, Abdul Muthalib, mengirim anaknya yaitu Harits bin Abdul Muthalib, untuk melihat kondisi Abdullah di Madinah, sekitar 497 km sebelah utara Makkah dan harus ditempuh kafilah selama sepuluh hari. Namun, Harits justru pulang dengan kabar duka. Abdullah yang dinanti-nanti ternyata meninggal dan dikebumikian di daerah oase penghasil kurma dan gandum itu.

Berita kematian itu pukulan berat bagi Abdul Muthalib. Putera yang demikian dicintai dan dihormatinya. Bisa dibayangkan betapa berat kedukaan sang Ayah, demikian pula dengan menantunya, Aminah. Berita itu dia dengar ketika sedang menunggu kelahiran bayi pertama mereka. Aminah meratapi kepergian suami tercinta dengan bait syair yang demikian menyentuh kalbu:

"Seorang cucu Hasyim tiba membawa kebaikan di dekat Bathha
Keluar mendampingi lahad tanpa suara yang jelas
Rupanya kematian mengundangnya lantas disambutnya
Ia (kematian) tak pernah mendapatkan orang semisal cucu Hasyim."

Abdullah hanya meninggalkan lima ekor unta, beberapa ekor kambing, dan seorang budak perempuan dari Habasyah yang bernama Barakah, atau yang biasa dipanggil Ummu Aiman. Aminah menghabiskan masa kehamilannya dengan kesedihan. Hanya penantian akan kelahiran putranya yang menghiburnya. Putra yang kelak akan mengubah dunia dengan cahaya Islam.

Pada suatu malam yang sepi, Aminah binti Wahab bermimpi menyaksikan sebuah cahaya dari dirinya yang memancar dan menerangi segala penjuru, hingga ia seakan-akan bisa melihat langsung benteng-bentang Busra yang terletak jauh di Syiria. Ketika itu Aminah sedang hamil tua, dan sebentar lagi akan melahirkan.  Dan pada waktu sahur dari malam Senin hari keduabelas dari bulan Rabiul Awal, Aminah melahirkan seorang anak kecil yang yatim, putra seorang Makah, Abdullah bin Abdul Muthalib, dan seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim bin Adam.

Menurut al-Tabari, berdasarkan kesaksian dari salah seorang yang hadir ketika Aminah melahirkan, ia mendengar Aminah mengucapkan, “apakah sesuatu yang aku lihat dalam rumah ini? yang membuat semuanya terang benderang. Dan aku melihat bintang gemintang mendekatiku, sampai aku merasa mereka semua datang kepada ku", Aminah tidak merasa letih, Selama mengandung Muhammad SAW, Aminah sang ibunda tidak merasa letih akibat kandungannya. Padahal setiap wanita yang hamil selalu merasa letih karena kandungannya. Ia juga menyatakan bahwa selama mengandung Rasulullah SAW, dalam mimpinya ia senantiasa didatangi para Nabi-nabi terdahulu, dari sejak bulan pertama, yaitu bulan Rajab hingga kelahirannya di bulan Rabi’ul Awwal. Semua Nabi-nabi yang hadir di mimpi Aminah itu sama-sama berpesan kepadanya bahwa jika telah lahir, namai anak itu dengan nama Muhammad yang artinya Terpuji, karena anak itu akan menjadi makhluk yang paling terpuji di dunia dan akhirat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Baihaqi menjelaskan, bahwa pada saat ibunda Rasulullah, Aminah, mengandung didatangi oleh seseorang yang kemudian berkata, "Apabila anak ini telah lahir, berilah ia nama Muhammad. Karena sesungguhnya namanya di dalam Kitab Taurat dan Injil adalah Ahmad. Semoga dengan nama itu, ia dipuji oleh seluruh penduduk langit dan bumi, sedangkan namanya di dalam Alquran adalah Muhammad". (HR Ibnu Ishaq dan Baihaqi).

Dan ketika selesai melahirkan, orang pertama yang Aminah ingin kabarkan tentang berita gembira ini adalah Abdul Muthalib. Aminah lalu mengutus seseorang dan segera mengajak Abdul Muthalib datang dan menggendong cucunya. Mendengar berita ini, Abdul Muthalib langsung bergegas. Dan ketika Abdul Muthalib tiba, Aminah menceritakan semua tentang mimpinya dan semua apa yang ia alami selama mengandung putranya.

Abdul Muthalib lalu membawa cucu kesayangannya itu bertawaf mengelilingi Ka’bah sambil memikirkan nama yang tepat untuknya. Begitu banyak nama yang muncul dibenaknya, namun ia tidak tertarik pada satupun dari nama-nama tersebut. Ia begitu bingung untuk memberikan nama yang tepat pada cucu kesayanganya ini, sampai-sampai kebingungannya berlangsung selama enam hari. Hingga pada satu malam ia bermimpi bertemu kembali dengan suara yang dulu pernah ditemuinya dan memerintahkannya untuk menggali Sumur Zamzam. Suara itu membisikan padanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad. Selain Abdul Muthalib, menurut Akbar Shah Najeebabadi, Aminah juga sudah dibisiki bahwa nama putranya adalah Ahmad.

“Pada satu malam Abdul Muthalib bermimpi bertemu kembali dengan suara yang dulu pernah memerintahkannya untuk menggali Sumur Zamzam. Suara itu membisikan padanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad.”

Ketika Abdul Muthalib mengumumkan nama cucunya, orang-orang Quraisy bingung. Karena memang nama ini terdengar asing di telinga masyarakat jahiliyah waktu itu. Nama-nama masyarakat jahiliyah waktu itu biasanya selalu disandingkan dengan nama berhala-berhala mereka ataupun nama-nama kakek moyang mereka. Tapi memang bukan baru kali ini sisilah emas Rasulullah SAW menggunakan nama yang tidak lazim. Nama Abdullah dan Abdul Muthalib juga adalah nama-nama yang tidak lazim sama sekali bagi masyarakat Makkah kala itu. Bahkan kelak, ketika dua cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW lahir, beliau menamai mereka dengan nama Hasan dan Husein. Dua nama yang bahkan belum pernah dimiliki oleh siapapun sebelumnya. Dan ketika orang-orang Quraisy bertanya mengapa Abdul Muthalib menamai cucunya dengan nama Muhammad, beliau menjawab, “Aku ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi.”

Kelahiran Nabi Muhammad SAW disambut gembira oleh berbagai kalangan, termasuk pamannya sendiri yakni Abdul Uzza bin Abu Muthalib yang kelak lebih dikenal dengan Abu Lahab. Saking gembiranya Abu Lahab dalam menyambut kelahiran keponakannya itu, dia memerdekakan seorang budak yang bernama Tsuwaibah di hari kelahiran Nabi.

Beberapa peristiwa penting menjelang kelahiran Nabi adalah Api Majusi Padam. Masyarakat Majusi pada zaman itu dikenal menyembah api dan menganggap api sebagai Tuhannya.  Api tersebut tidak pernah padam selama ratusan tahun. Namun saat Nabi Muhammad SAW lahir, api itu mati seketika. Para pengikut Majusi berusaha menyalakan api tersebut tapi tetap tak bisa.

Jin tidak bisa mencuri berita, Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, para jin leluasa mencuri berita gaib dari langit untuk disampaikan kepada para tukang sihir. Setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW jin yang berusaha mencuri dengar berita gaib dari langit akan menjumpai panah api yang akan membunuh mereka. Ketika mereka dilarang naik ke langit, maka mereka berkumpul pada Iblis (raja setan), mereka berkata; "Dahulu kami bisa naik ke langit, tetapi hari ini kami telah di larang untuk naik". Iblis menjawab; "Menyebarlah kalian di muka bumi, dari barat sampai timur, dan perhatikan dengan seksama apa yang sebenarnya telah terjadi!" Mereka lalu menyebar. Setelah mengeliling bumi dari timur ke barat, sampailah mereka ke kota Mekah. Di sana tampak oleh mereka Nabi dan Rasul kita sedang dikelilingi para malaikat, dan memancar cahaya dari dirinya hingga mencuat ke langit, sedangkan para malaikat-malaikat itu saling memberi ucapan selamat satu dengan yang lain. Kemudian setan-setan itu kembali menghadap Iblis, sambil menceritakan semua apa yang telah mereka saksikan itu. Maka Iblis pun berteriak dengan suara yang sangat keras; "Aaaaah, telah keluar “ayatul 'alam” dan rahmat bagi bani Adam, karena itulah kalian telah dicegah untuk naik ke langit, tempat pandangannya dan pandangan umatnya!!"

Bintang besar bercahaya, Para ahli kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) melihat bintang besar dan bercahaya seperti berlensa tepat di hari kelahiran Muhammad SAW, sebelumnya bintang itu tidak pernah terlihat. Di antara mereka ada yang berseru, "Nabi penutup zaman sudah lahir".
Ka'bul Akhbar ra berkata; "Saya telah melihat di dalam Taurat bahwa Allah Ta'ala telah mengabarkan kepada Kaum Musa tentang saat kelahiran  Muhammad saw;
“Sesungguhnya bintang tetap yang telah kamu ketahui itu, bila ia bergerak dari tempatnya menandakan bahwa nabi terakhir telah lahir”.
Ketika Rasulullah SAW lahir, bintang itu pun bergerak dan pindah dari tempat asalnya. Maka orang-orang Yahudi itu semuanya mengetahui bahwa Rasul yang diberitakan Allah itu telah lahir ke dunia, namun mereka merahasiakan disebabkan kedengkian mereka juga.

Pohon kurma kembali berbuah, Dalam kitab kitab sebelumnya digambarkan tentang tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad SAW. “Bahwasanya apabila pohon kurma kering mengeluarkan daun-daunan, maka itu menandakan kelahiran nabi yang ditunggu tunggu”. Ketika Rasulullah SAW lahir, pohon kurma yang kering dan layu menjadi segar, berdaun dan berbuah. Melihat hal itu, orang-orang Nasrani itu pun mengetahui bahwa Rasul yang dijanjikan Allah di dalam kitab kitab itu telah lahir ke dunia. Hal itu benar terjadi, namun orang-orang Yahudi menyembunyikannya karena kedengkian mereka kepada Nabi Muhammad SAW yang bukan berasal dari Bani Israil.

Mata air kering memancar kembali, Di kitab Zabur (kitab suci Nabi Daud a.s.) dikabarkan juga tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW. "Ketika mata air yang sudah kalian kenal kering dan tiba-tiba memancarkan air dengan derasnya maka pada saat itulah Nabi Muhammad SAW telah lahir ke dunia." Karena kedengkian orang-orang Yahudi juga menyembunyikan tanda-tanda yang mereka ketahui.

Berhala jatuh tersungkur, Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Abdul Muthalib berkata, "Sewaktu ku berada di dekat Ka'bah, patung berhala yang ada di dalam Ka'bah tiba-tiba jatuh tersungkur dari tempatnya dalam bentuk bersujud kepada Allah Ta'ala. Aku juga mendengar suara dari dinding Ka'bah, 'Nabi terpilih telah lahir yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan aku dari beberapa patung berhala, serta memerintahkan untuk menyembah kepada Dzat Yang Merajai Alam ini."

Tamu agung penghuni surga, Aminah merasakan tanda-tanda akan melahirkan secara tiba-tiba pada malam hari. Pada saat itu mertuanya Abdul Muthalib sedang pergi ke Masjidil Haram. Sementara, Abdullah suaminya, sudah meninggal dunia. Kemudian, datang banyak wanita cantik. Ada 2 wanita yang jadi perhatian Aminah, mereka memberi salam dan menyebut dirinya Asiya (istri Raja Fir'aun) dan Maryam (ibu Nabi Isa a.s.)

Begitulah, kisah-kisah istimewa dan ajaib yang melingkupi peristiwa menjelang sampai kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sungguh semua itu adalah bukti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan, utusan yang jadi penghulu para nabi dan sebaik-baik manusia di muka bumi ini.