Khutbah Terakhir

Awal masuknya Islam ke Yaman bermula pada 630 M. Kala itu, Nabi Muhammad SAW mengutus saudara sepupu yang juga menantunya, Ali bin Abi Thalib RA, ke Sana'a dan sekitarnya untuk menyampaikan syiar Islam. Pada waktu itu, Yaman merupakan wilayah yang paling maju di Semenanjung Arabia. Bani Hamdan tercatat sebagai kabilah yang pertama menerima Islam.

Di samping itu, Rasulullah SAW juga pernah mengutus Mu'adz bin Jabal RA ke al-Janad—yang hari ini dikenal sebagai daerah Taiz—untuk menyampaikan surat dakwah kepada para pemimpin suku di sana. Selama periode risalah Nabi SAW, negeri Yaman tidak mempunyai kekuasaan yang terpusat, tetapi diperintah oleh sejumlah suku yang memegang kendali otonomi di daerah mereka masing-masing.

Beberapa suku terkemuka di Yaman, termasuk Bani Himyar, mengirim delegasi ke Madinah antara 630-632 M untuk menyatakan kesediaan mereka menerima Islam. Kendati demikian, sejumlah orang Yaman sudah ada yang lebih dulu menjadi Muslim sebelum kedatangan delegasi tersebut. Beberapa di antaranya Ammar bin Yasir RA, al-Ala'a al-Hadrami RA, Miqdad bin Aswad RA, Abu Musa al-Asy'ari RA, dan Syurahbil bin Hasanah RA.

Para delegasi Yaman itu lantas meminta Rasulullah SAW supaya mengirimkan sejumlah guru untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Arabia Selatan. Untuk memenuhi permintaan tersebut, Nabi menugaskan sekelompok sahabat yang berkompeten dan menunjuk Mu'adz bin Jabal sebagai amir (pemimpin) mereka.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, sebelum Mu'adz berangkat ke Yaman, Rasulullah bersabda “Wahai Mu'adz, mungkin engkau tidak akan menjumpaiku lagi setelah ini. Mungkin ketika engkau kembali (ke Madinah), engkau hanya akan mendapati masjid dan makamku.”

Kemudian Rasulullah saw berpesan kepada Mu'adz, “Permudahlah dan jangan mempersulit, dan jadikan suasana yang tenteram, jangan menakut-nakuti” (HR Muslim)

Mendengar penuturan Nabi tersebut, Muadz pun menangis. Para sahabat yang ikut diutus ke Yaman bersamanya juga menangis. “Perasaan sedih mengharu biru di hati Mu'adz saat harus berpisah dari kekasihnya, Nabi Muhammad SAW,” tulis Abdul Wahid Hamid dalam bukunya, Companions of The Prophet, Volume 1.

Firasat Nabi ternyata benar. Rasulullah SAW wafat sebelum Mu'adz kembali dari Yaman. Untuk kesekian kalinya, Mu'adz kembali menangis ketika sampai di Madinah dan mendapati bahwa Nabi sudah meninggalkan dunia yang fana ini.

Dalam hadis, baginda pernah berdoa, “Ya Allah, barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (HR Muslim)

Lawan dari kemudahan ialah kesukaran. Bila seorang Muslim mempermudah urusan kebaikan atau duniawi Muslim lainnya, maka insya Allah ia akan dinaungi keberkahan. Hal itu selama interaksi yang ada tidak menjurus pada perbuatan-perbuatan zalim.

Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi orang Islam yang memudahkan urusan orang lain. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melepaskan kesusahan duniawi seorang Muslim, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Abu Musa Al-Asy’ari menuturkan bahwasanya ketika Rasulullah mengutus salah seorang sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan (berkaitan dengan orang lain), beliau akan berpesan kepadanya, “Sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah dan janganlah mempersulit.” (HR Muslim).

Mudah dan mempermudah merupakan salah satu dari karaktristik Islam. Islam ingin mempermudah umatnya dalam menerima dan menjalankan kebenaran; dan tidak ingin mempersulit mereka. Sehingga orang menerima dan menjalankan Islam dengan lapang dada dan senang. Hal ini diperkuat oleh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Di dalam Al-Qur'an kita temukan, Allah menyatakan bahwa dien yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya bukan untuk menyulitkan mereka,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُم في الدِّين مِنْ حَرَجٍ

"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." (QS. Al-Hajj: 78)

Allah berfirman dalam menjelaskan kewajiban puasa yang berat dirasa sebagian orang,

يُريدُ الله بكُمُ اليُسْرَ وَلا يُريدُ بِكُمُ العُسْر

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah; 185)

Atas dasar kemudahan ini pula amal-amal sunnah berjalan. Maka tidaklah Rasulullah saw diberi dua pilihan kecuali beliau memilih yang paling mudah, selama tidak mengandung dosa. Dan beliau senantiasa berdakwah kepada kemudahan, kelemahlembutan, dan tidak mempersulit.

Dari Anas bin Mali Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا

"Permudahlah dan jangan persulit, berilah buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari." (Muttafaq 'Alaih)

Ini adalah arahan dari Rasulullah saw kepada umatnya agar mereka menempuh jalan kemudahan dalam amal dan mu'amalah mereka dengan yang lain. Karena kemudahan itulah yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya. "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185)

Pada suatu hari, Rasulullah saw keluar dengan kepala diikat. Kemudian naik di atas mimbar dan duduk di atas mimbar dengan muka yang pucat dan airmata yang berlinang. Lalu memanggil Bilal dan menyuruhnya berseru di Madinah mengajak orang – orang supaya berkumpul untuk mendengar dan menerima wasiat Nabi saw sebagai wasiat yang terakhir.

Maka berkumpullah semua penduduk Madinah, kecil, besar, laki–laki dan perempuan sehingga mereka tinggalkan rumah terbuka dan pasar kosong, serta tidak ketinggalan gadis–gadis pingitan sama–sama keluar untuk mendengarkan wasiat Rasulullah saw sehingga penuhlah masjid. Nabi saw berkata : “Berilah kesempatan kepada orang–orang yang di belakang supaya masuk.”

Kemudian Nabi saw berdiri sambil menangis dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu memuji syukur kepada Allah sebagaimana lazimnya dan membaca shalawat untuk semua Nabi juga pada dirinya. Lalu bersabda :

“Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bangsa Arab kelahiran haram Mekkah yang tiada nabi sesudahku. Hai semua manusia, diriku ini telah diberitakan akan mati, telah dekat akan meninggalkan dunia ini dan aku telah rindu kepada Tuhanku, maka alangkah sedihnya meninggalkan ummatku, apakah yang mereka katakan kelak sepeninggalku, ya Allah selamatkan, selamatkan. Hai manusia, dengarlah wasiyatku, perhatikan dan ingat – ingatlah, yang hadir harus menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena ini wasiyatku yang terakhir kepada kamu. Hai manusia, Allah telah menerangkan kepada kamu dalam kitab yang diturunkanNya, apa yang halal dan yang haram, yang harus kamu lakukan dan yang kamu tinggalkan, maka gunakanlah yang halal, tinggalkanlah yang haram, percayalah pada yang mutasyabih, laksanakan yang muhkam (tegas) dan jadikan sebagai peringatanmu yang berupa contoh–contoh itu.”

Nabi saw melihat ke langit sambil berkata :

“Ya Allah saya telah menyampaikan maka saksikanlah. Hai manusia, awaslah kamu dari hawa nafsu yang sesat menyesatkan yang jauh dari tuntunan rahmat Allah dan surga, bahkan dekat kepada neraka. Hendaklah kamu menjaga jama’ah (persatuan) dan istiqomah (tetap lurus) karena ini dekat kepada Allah dan surga, jauh dari api neraka.

Ya Allah, aku telah menyampaikan.

Hai manusia, takutlah kapada Allah, takutlah kepada Allah dalam menjaga agama dan amanat yang diamanatkan kepadamu. Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam memelihara budak – budakmu, berilah mereka makan dari apa yang kamu makan, pakaian dari apa yang kamu pakai dan jangan memaksa mereka apa yang mereka tidak kuat, karena mereka itu juga tercipta dari daging dan darah, makhluk yang sama seperti kamu, ingatlah yang aniaya pada mereka, maka akulah lawannya pada hari kiamat dan Allah hakimnya. Takutlah kepada Allah dalam memelihara istri, tepatilah mahar mereka dan jangan menganiaya mereka niscaya kamu akan diharamkan dari hasanat – hasanatmu di hari kiamat.

Ingatlah, aku telah menyampaikan.

Hai manusia, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, ajarkan kepada mereka akhlak sopan santun, sebab mereka ditanganmu bagaikan tawanan dan amanat, ingatlah saya telah menyampaikan. Hai manusia, patuhlah pada pemerintahmu dan jangan menentang mereka meskipun dari turunan budak Habasyi yang terpotong hidungnya, sebab yang patuh pada amir itu berarti ta’at padaku, siapa yang taat padaku berarti taat kepada Allah dan siapa yang menentang mereka berarti menentang aku dan siapa yang menentang aku berarti ma’siyat kepada Allah. Ingatlah jangan keluar dari mereka dan jangan memutuskan janjimu pada mereka.

Ingatlah, aku telah menyampaikan.

Hai manusia, hendaklah kamu cinta pada keluargaku, ahli – ahli Al Qur’an dan cinta pada ulama – ulamamu, jangan kamu membenci atau hasud kepada mereka, jangan kamu menghina kepada mereka, ingatlah siapa yang cinta kepada mereka berarti cinta kepadaku, siapa yang cinta padaku maka cinta kepada Allah dan siapa yang benci pada mereka berarti benci padaku, siapa benci padaku maka benci kepada Allah.

Ingatlah,  aku telah menyampaikan.

Hai manusia, jagalah sholat lima waktu dengan menyempurnakan wudhu’, menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Hai manusia, keluarkan zakat hartamu, ingatlah siapa yang tidak mengeluarkan zakat, maka tidak dianggap sholatnya, tidak beragama, tidak dianggap puasa, haji dan jihadnya.

Ya Allah saya telah menyampaikan.

Hai manusia, sungguh Allah telah mewajibkan haji pada orang yang kuasa melakukan perjalanannya dan siapa yang tidak melaksanakannya, boleh pilih apakah akan mati yahudi, nasrani atau majusi, kecuali jika ia berudzur penyakit yang menahannya atau raja yang dzalim. Ingatlah bahwa ia tidak akan mendapat syafa’atku dan tidak akan minum dari haudh (telaga)-ku.

Ingatlah saya telah menyampaikan.

Hai manusia, sesungguhnya Allah akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat di suatu lapangan dalam kedudukan yang sangat berat, mengerikan, pada hari yang tidak berguna harta atau anak buah, kecuali orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang suci bersih dari syirik.

Ingatlah, aku telah menyampaikan.

Hai manusia, jagalah lidahmu, tangiskan matamu, tundukkan hatimu, letihkan badanmu, berjihadlah melawan musuhmu, makmurkan mesjidmu, ikhlaskan imanmu, nasihatilah teman – temanmu, berbuatlah kebaikan untuk dirimu, jagalah kemaluanmu, bersedekahlah dari hartamu, jangan hasud menghasud niscaya akan hilang hasanatmu dan janganlah ghibah (menyebut aib orang lain) niscaya binasa kamu.

Ingatlah, aku telah menyampaikan.

Hai manusia, berusahalah kamu untuk memerdekakan budak – budakmu dan berbuatlah kebajikan untuk hari kebutuhan dan hajatmu. Hai manusia, jangan menganiaya sebab Allah sendiri yang akan menuntut terhadap siapa yang kejam aniaya, kamu yang menanggung perhitunganmu dan kepada Allah kamu akan kembali, Allah tidak rela jika kamu berbuat ma’siyat.

Hai manusia, sesungguhnya siapa yang berbuat kebajikan maka untungnya untuk dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya jika berbuat kejahatan maka ditanggung sendiri, dan Tuhan tidak menganiaya pada hamba – hambanNya. Jagalah dirimu dari hari dimana kamu dihadapkan kepada Allah, kemudian tiap orang akan dibalas atas segala amal usahanya dan mereka tidak dianiaya.

Hai manusia, sesungguhnya saya akan menghadap kepada Tuhanku dan saya telah diberitahu akan meninggal karena itu aku titipkan kamu kepada Allah yaitu agama dan amanatmu.

Wassalamu alaikum hai para sahabatku dan semua ummatku. Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”.

Kemudian beliau turun dari mimbar lalu masuk rumah dan tidak keluar lagi sesudah itu.
Shalawat dan salam atas beliau saw, keluarga, sahabat dan umatnya.