Jibril 'alaihissalam adalah pemimpin para Malaikat yang diberi tugas oleh Allah Ta'ala menyampaikan wahyu kepada para Rasul termasuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika menjalankan tugasnya Jibril terkadang berubah wujud menjadi manusia yang sempurna sebagaimana kehendak Allah. Bagi Rasulullah SAW, Jibril adalah sosok guru yang mengajarkan ilmu kalam ilahi. Salah satu pengajaran Jibril yang populer adalah ketika Jibril hadir di tengah-tengah sahabat Nabi untuk mengajarkan akidah Islam.
"Demi bintang ketika terbenam,kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula gila, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." QS An Najm 1:18
Risalah ini kemudian dikenal dengan "Hadis Jibril" yaitu sebuah hadis yang memuat definisi tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Hadis ini diriwayatkan dari sahabat Umar bin Al-Khatthab dan Abu Hurairah RA. Juga ditemukan di Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, dan juga Arbain Nawawi.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dikisahkan dari Umar bin Khaththab RA, suatu ketika kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah SAW. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi SAW dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi yang mulia, kemudian ia berkata: "Ya, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam."
Rasulullah SAW menjawab: "Islam adalah engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya".
Lelaki itu berkata, "Engkau benar,". Maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Iman".
Nabi menjawab: "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk." Ia berkata: "Engkau benar."
Laki-laki itu bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Ihsan".
Rasulullah menjawab: "Ihsan adalah hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu."
Lelaki itu berkata lagi: "Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?"
Nabi menjawab: "Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya."
Dia pun bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!"
Nabi menjawab: "Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya. Jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin) serta pengembala kambing saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."
Kemudian lelaki itu segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku: "Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?"
Umar menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Rasulullah SAW bersabda, "Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." (HR Muslim)
Dalam hal ini, Rasulullah SAW berkata bahwa iman memiliki lebih dari tujuh puluh tingkat mulai dari ucapan Tahlil sampai menyingkirkan batu dari jalanan. Demikianlah kisah Malaikat Jibril mengajarkan ilmu tauhid kepada sahabat. Semoga kita bisa mengamalkannya.
Malaikat Jibril selalu mengajari Rasulullah saw tentang berbagai hal, "Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, 'Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah', lalu Allah berfirman, '(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasia Ku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku".
Suatu hari datanglah seorang lelaki miskin dari desa Hijaz membawa semangkuk penuh buah anggur yang hendak dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Lelaki miskin ini begitu bersemangat memberikan hadiah untuk Rasulullah. Dia menyimpan anggur itu dan mengatakan, "Wahai Rasulullah, terimalah hadiah kecil ini dariku."
Rasulullah SAW mengambil mangkuk itu dan mulai memakannya. Beliau memakan buah pertama dan tersenyum. Kemudian buah kedua, beliau tersenyum.
Melihat senyum Rasulullah, lelaki miskin itu nyaris terbang kegirangan dibuatnya. Betapa bahagianya dia melihat anggur yang dibawanya dimakan oleh Rasulullah.
Para sahabat pun ikut menyaksikan hal tersebut. Sudah menjadi kebiasaan beliau SAW selalu membagi hadiah yang beliau terima kepada para sahabat-sahabatnya. Namun, Rasulullah terus memakan sebutir demi sebutir seraya tetap tersenyum.
Hingga akhirnya mangkuk itu pun kosong, tidak ada sebutir anggur pun tersisa. Ketika itu sahabat heran. Sementara lelaki miskin tampak girang sejadi-jadinya lalu pamit kepada Rasulullah.
Setelah itu, salah seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa Anda tidak mengajak kami (menyantap anggur) itu bersamamu?
Maka Rasulullah SAW tersenyum dan berkata: "Tidakkah kalian lihat betapa bahagianya ia dengan mangkuk (anggur) itu? Ketahuilah ketika aku memakannya, anggur itu terasa asam. Maka aku khawatir apabila aku membaginya kepada kalian, maka kalian akan menampakkan reaksi sesuatu yang akan merusak kebahagiaannya".