Kaum Qurays sibuk mencari kerabatnya yang terluka dan gugur di medan perang, korban mereka tidak terlalu besar, dari tiga ribu pasukan, hanya 22 orang saja yang terbunuh. Kemudian mereka menghitung korban dari pihak musuh yang ditemukan kurang lebih 70 orang yang tewas, banyak diantaranya yang tidak mereka kenal, hanya tiga orang dari kaum muhajirin yaitu Hamzah dari bani Hasyim, Mushab dari Bani Abdu al Dar, dan Abdullah bin Jahsy. Sebagian tubuh yang lain tergeletak agak jauh dari medan perang, baik yang meninggal maupun yang terluka berada diluar perhatian mereka. Di antaranya adalah Syamas, yang masih hidup namun tidak bisa bergerak lagi. Yang pertama tama mereka cari adalah tubuh Muhamad saw yang mereka sangat harapkan kematianya, sementara itu Wahsyi kembali kepada jasad Hamza, menyobek perutnya dan mengeluarkan hatinya dan membawanya ke Hindun istri dari Abu Sufyan, sambil berkata,"Apa yang kau berikan kepada orang yang telah berhasil membunuh Hamzah yang telah membunuh ayahmu?", tanyanya kepada Hindun, dan Hindun menjawab,"Seluruh harta rampasan perangku", ujarnya. dan Wahsyi menyerahkan apa yang telah dia ambil dari tubuh Hamzah,"Ini hati Hamzah", ujarnya kepada Hindun, Hindun langsung merampasnya, menggigitnya, mengunyahnya namun Hindun tak bisa menelanya dan memuntahkan semua yang ada dalam mulutnya."Tunjukan kepadaku dimana jasadnya?", ujarnya kepada Wahsyi, dan ketika sampai kepada jasad Hamzah, Hindun segera menghampirinya dan memotong hidung dan kedua telinganya. Kemudian dia merobek perut Hamzah dan mengambil jantungnya lalu mengunyahnya. Hanya saja dia tak kuasa untuk menelannya sehingga dia memuntahkannya kembali.
Hindun kemudian melepaskan kalung, anting anting dan gelang kakinya dan menyerahkan kepada Wahsyi, ia juga menhajak wanita lainya untuk turut memotong motong junazah kaum muslim. Mereka semua menghiasi dirinya masing masing dengan potongan potongan mayat kaum muslim.
Lalu dia naik ke atas bukit dengan perasaan puas dan berteriak dengan suara yang lantang, Telah kami balas kekalahan kami di perang Badar
Perang demi perang terus berkobar
Tiada bersabar diriku atas kematian ‘Utbah ayahku
Tidak juga saudara dan pamanku
Telah kuobati luka hatiku dan telah kutebus nadzarku
Wahsyi telah hilangkan rasa dahaga di hatiku
Terima kasihku kepada Wahsyi terhadap umurku
Hingga terkelupas dagingku di dalam kuburku
Hindun juga bersyair :
Telah terobati dendamku terhadap Hamzah di perang Uhud
Hingga kuambil jantungnya dengan merobek perutnya
Sirna sudah rasa sakit di hati
Dari kegundahan yang tiada terperi
Begitulah, hingga Hindun mendapatkan gelar yang sangat mengganggunya. Bahkan masih terus terngiang-ngiang di telinganya setelah keislamannya yakni julukan Aklatul Akbad (wanita pemakan jantung).
Beberapa pasukan Qurays pun turut serta dalam menyayat nyayat jenasah pasukan muslimdengan sangat biadabuntuk melampiaskan dendam kesumatnya. Abu Sufyan menusukan ujung tombaknya ke mulut Hamzah, sambil berkata,"Rasakan ini kau pemberontak", ujarnya.
Hulays, kepala suku Kinanah, lewat dan melihat perbuatan itu, dengan bersuara keras Hulays berkata,"Wahai keturunan Kinanah, benarkah pasukan Qurays itu hebat bila ternyata ia merusak daging sepupunya yang mati?", ujar Hulays sengaja mengeluarkan uacapan untuk menyindir Abu Sufyan. "Sialan kau!", ujar Abu Sufyan yang dongkol dengan sindiran dari Hulays, "Jangan ceritakan kepada siapapun!", ujarnya kepada Hulays.
Sementara itu, Abu Amir mendekati mayat anakanya yaitu Hanzhalah, ia meratapinya dengan pilu sambil berkata,"tidakkah kamu sudah kuperingatkan agar tidak mengikuti laki laki itu", ujarnya,"tapi engkau anak yang patuh kepada orang tua, engkau anak yang berbudi luhur, kematianmu akan menjadi kembang persahabatan", ujarnya dan kemudian menoleh ke arah mayat Hamzah, dan berkata,"Semoga Tuhan memberkati orang ini", katanya sambil menunjuk Hamzah,"dan seluruh pengikut Muhamad, semoga Tuhan memberkati mereka semua", kemudian ia memandang Hindun dan seluruh wanita yang ada di situ dan berkata sinis dan lantang,"Wahai kaum Qurays!, jangan lakukan kekejaman itu terhadap terhadap mayat anaku. Bagaimanapun juga ia adalah kerabatku dan kerabatmu juga!". Mereka pun berhenti dan memeperhatikan ucapanya.
Peperangan telah berlalu, para budak telah bersiap siap membereskan perkemahan. Begitu mereka telah mengubur kerabatnya yang gugur dan telah melampiaskan balas dendam terhadap mayat kaum muslim, mereka melepaskan baju perang untuk diangkut ke atas punggung unta san mereka bersiap untuk pulang. Sebelum pulang, Abu Sufyan yang masih meragukan kematian Muhamad saw kemudian menaiki kuda betinanya dan menyusuri tepian bukit Uhud dan mendekati kawasan terdekat dengan tempat Muhamad saw dan pengikutnya berada, kemudian Abu Sufyan berteriak keras keras,"Perang akan terus berlangsung, sejak hari ini dan hari hari berikutnya, Maha agung Hubal, hancurkan agama mereka!", teriaknya, kemudian Muhamad saw memerintahkan Umar untuk membalas ucapan Abu Sufyan dengan ucapan,"Allah lah yang maha agung dan maha tinggi!, tak ada yang menandingi Nya, kita tidak sama!, para pahlawan kami tinggal di surga, sedangkan kawan kawanmu yang gugur dilempar ke neraka", kemudian Umar pun pergi menuruni bukit ke tepi untuk mendekati Abu Sufyan berada dan mengucapkan apa yang telah di ucapkan oleh Muhamad saw.
Abu Sufyan mengenali suara Umar, kemudian berkata lagi,"Umar kembali.. Hai Umar.. aku ingin bertanya kepadamu, demi Tuhan, terbunuhkah Muhamad?", yang kemudian di jawab oleh Umar,"Demi Allah, tidak.. Beliau sekarang ini sedang mendengar suaramu", ujar Umar, kemudian Abu Sufyan menjawab,"baik, aku lebih mempercayaimu dari pada khabar yang di bawa oleh Ibn Qamiyah", jawab Abu Sufyan.
Kemudian Abu Sufyan berkata lagi dengan lantang,"Beberapa mayat kawan kalian telah dirusak dan dipotong potong. Demi Tuhan, aku tidak menyukainya, dan itu sama sekali bukan kesalahan ku, aku tidak melarang dan tidak menyuruh mereka, Kita akan bertemu lagi di peperangan berikutnya di Badar tahun depan!". mendengar tantangan itu, Muhamad saw menyuruh sahabatnya yang lain untuk menaiki batu cadas untuk meneriakan jawabanya,"Baik, itu adalah perjanjian diantara kita", teriaknya.
Abu Sufyan kemudian kembali ke pasukanya yang telah menunggu di sebelah bukit dan mereka bergerak ke utara. Kemudian Muhamad saw menyuruh Sa'ad dari Zuhrah menuruni bukit untuk mengintai pasukan Qurays ke arah mana mereka bergerak. "Bila mereka menuntun kuda dan menaiki unta, berarti mereka menuju Mekah, namun jika mereka menuntun unta dan masih menaiki kuda maka berarti mereka akan ke Madinah, dan demi Allah yang memelihara jiwaku, jika itu tujuan mereka, maka aku akan menyerang melawan mereka", ujar Muhamad saw. Sa'd turun dari bukit, menuju kuda jantan Muhamad saw, yaitu Sakb, kemudian menaikinya dan mengintai pasukan kafir Qurays sehingga terlihat dengan jelas bahwa pasukan Qurays menaiki unta unta mereka dan menuntun kuda kuda mereka disampingnya.
Setelah itu, kaum Quraisy meninggalkan medan perang Uhud dengan membawa barang-barang rampasan perang yang mereka ambil dari pasukan muslim yang gugur, meninggalkan Rasûlullâh saw dan sebagian para shahabat yang masih berada di bukit Uhud . Sepeninggal mereka, Rasûlullâh saw dan para shahabat mulai mencari para shahabat yang syahid.
Dalam riwayat Imam Bukhâri disebutkan bahwa para shahabat yang syahid dalam peperangan itu sebanyak tujuh puluh orang sementara dari pihak lawan dua puluh tiga orang. Rasûlullâh saw mencari jenazah paman beliau Hamzah bin Abdul Mutthalib Radhiyallahu anhu di lembah. Betapa sedih hati beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika mendapati jenazah paman beliau dalam keadaan rusak, dimutilasi. Rasûlullâh saw bersabda, “Kalau seandainya Shafiyah (saudari Hamzah) tidak bersedih dan (saya tidak takut) menjadi sunnah, maka sungguh saya akan biarkan dia sehingga di makan binatang buas atau burung.” Rasulullah saw sangat sedih ketika melihat keadaan mayat Hamzah ra dengan wajah yang hancur terpotong potong, lalu dengan sehelai selimut, ditutuplah mayatnya. Kemudian datanglah Shafiyah ra saudara peremupuan Hamzah ra.
Shafiyah ingin melihat keadaan mayat saudaranya yang telah rusak. Rasulullah SAW berpikir, bagaimanapun hati seorang perempuan tidak akan tabah melihat kezhaliman tersebut. Oleh sebab itu, Beliau segera menyuruh Zubair ra anak laki-laki Shafiyah r.ha, untuk melarangnya agar tidak mendekati mayat Hamzah ra. Zubari ra pun melaksanakan perintah Beliau.
Shafiyah r.ha berkata kepada anaknya, “Aku sudah mengetahui keadaan saudaraku yang syahid dengan hidung, telinga, dan anggota tubuhnya terpotong-potong. Tidak masalah, karena ia sedang berjuang di jalan Allah. Aku rela, aku hanya mengaharap pahala dari Allah. Insya Allah aku dapat bersabar.”
Zubair ra pun menyampaikan kepada Nabi SAW mengenai perkataan ibunya. Akhirnya Shafiyah diizinkan mendekati kakaknya. Lalu ia mengeluarkan dua helai kain seraya berkata, “Aku datang dengan membawa kain kafan untuk saudaraku. Kafanilah ia dengan kain ini.”
Zubair mengambil kain kafan itu dan bersama Rasulullah SAW mengkafani mayat Hamzah ra. Ternyata di sisi mayat Hamzah ada mayat seorang Anshar, yaitu Suhail yanng keadaannya serupa dengan Hamzah ra. Mereka merasa malu jika Hamzah ra memperoleh dua kain kafan, sedangkan Suhail tidak memperoleh sehelai pun.
Akhirnya mereka membagi dua kain kafan itu. sehelai berukuran besar dan sehelai lagi berukuran kecil. Maka mereka mengundinya, hasilnya Suhail memperoleh kain yang besar dan Hamzah memperoleh kain yang kecil. Jika kain itu ditutupkan ke kaki Hamzah ra, kepalanya akan terbuka, dan jika ditutupkan ke kepalanya, kakinya terbuka. Akhirnya Nabi SAW menyuruh agar kepalanya ditutup kain dan kakinya ditutupi dengan dedaunan (Khamis).
Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya. Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"
Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah."
Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada, kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!"
Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, Rasulullah bersabda, "Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya."
Kemudian di temukan juga jenasah Amr bin Uqaisy, Awalnya, beliau Radhiyallahu anhu termasuk orang yang sangat membenci Islam, sehingga meskipun semua kaumnya dari Bani Ashal sudah memeluk Islam, beliau Radhiyallahu anhu tetap dalam pendiriannya, tidak mau memeluk Islam. Ketika perang Uhud berkobar, dia mencari beberapa teman yang dikenalnya di tempat tinggal mereka, namun tidak dia tidak berhasil. karena para shahabat yang dicari semuanya ikut perang Uhud.
Beliau Radhiyallahu anhu bergegas kembali ke rumah, mengenakan baju besinya lalu memacu kudanya ke arah bukit Uhud. Saat kaum Muslimin melihat kedatangannya, mereka serta merta menghalaunya, “Wahai Amr, menjauhlah dari kami!” Amr menjawab, “Aku telah beriman.” Beliau Radhiyallahu anhu terus maju ke medan tempur. Dalam pertempuran tersebut mengalami luka-luka. Ketika peperangan usai, para shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengantarkannya ke rumah keluarganya dalam keadaan tubuh penuh luka. Sa’d bin Mu’adz mendatanginya dan mengatakan kepada saudarinya :
سَلِيهِ حَمِيَّةً لِقَوْمِكَ أَوْ غَضَبًا لَهُمْ أَمْ غَضَبًا لِلَّهِ فَقَالَ بَلْ غَضَبًا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ
"Tolong tanyakan kepadanya, (apakah dia melakukan ini) demi membela kaumnya, marah karena mereka ataukah marah karena Allâh Azza wa Jalla ? Amr menjawab, “Marah karena Allâh dan RasulNya.” Akhirnya karena luka yang teramat parah, beliau Radhiyallahu anhu meninggal dan dikabarkan oleh Rasulullah akan masuk surga, padahal beliau Radhiyallahu anhu belum pernah menunaikan shalat meskipun satu rakaat.
Dalam riwayat Imam Bukhâri disebutkan bahwa Rasûlullâh saw mengumpulkan dua syuhada’ dalam satu kafan. Rasûlullâh saw menanyakan kepada para shahabat, “Siapa yang paling banyak hapal al-Qur’an.” Jika Rasûlullâh diberitahu, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkannya terlebih dahulu ke liang lahat. Rasûlullâh saw bersabda :
أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Saya akan menjadi saksi bagi mereka pada hari kiamat"
Kemudian Rasûlullâh saw memerintahkan para shahabat agar menguburkan para syuhada’ itu dalam keadaan masih berlumuran darah, dan tanpa dimandikan. Dalam riwayat Abu Daud dan ulama hadits lainnya disebutkan bahwa Rasûlullâh saw memerintahkan para shahabat untuk menguburkan para korban ditempat mereka meninggal, termasuk para syuhada’ yang terlanjur dibawa ke Madinah. mereka dikembalikan ke tempat wafatnya dan dikubur disana.
Setelah proses penguburan tuntas, Rasûlullâh saw mengumpulkan para shahabatnya Radhiyallahu anhum kemudian memuji Allâh Azza wa Jalla serta beliau memanjatkan do’a kehadirat Allâh Azza wa Jalla agar Allâh Azza wa Jalla memberikan kenikmatan dunia dan akhirat kepada mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mendo’akan agar orang-orang kafir yang senantiasa mengangap Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dusta agar dibinasakan.
Rasûlullâh saw juga memberitakan kepada kaum Muslimin keagungan ganjaran yang diraih oleh para syuhada’. Ketika mendengar tangis Fathimah binti Abdullah bin ‘Amr , Rasûlullâh saw bersabda :
تَبْكِيهِ أَوْ لَا تَبْكِيهِ مَا زَالَتْ الْمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوهُ
"Ditangisi atau tidak ditangisi, para malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka sampai kalian mengangkatnya"
Para syuhada’ Uhud inilah yang dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam firmanNya :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allâh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Rabb mereka dengan mendapat rezki" Ali Imran 169
Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa para shahabat menanyakan makna ayat ini ke Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu beliau menjawab,
“Kami pernah menanyakan hal itu, lalu Rasûlullâh saw menjawab :
أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلَاعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا
"Jiwa-jiwa mereka (para syuhada’) itu berada dalam burung hijau yang memiliki lentera-lentera yang bergelantungan di ‘Arsy. Burung-burung ini bebas terbang di surga kemudian kembali ke lentera-lentera itu. Kemudian Allâh Azza wa Jalla melihat mereka dan berfirman, “Apakah kalian menginginkan sesuatu ?” Mereka menjawab, “Apalagi yang kami inginkan sementara kami bebas terbang di surga kemanapun kami mau.” Allâh mengulanginya sampai tiga kali. Ketika melihat bahwa mereka harus meminta, akhirnya mereka mengatakan, “Wahai Rabb, kam ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami sehingga bisa terbunuh lagi dijalan-Mu sekali lagi. Ketika Allâh Azza wa Jalla melihat bahwa mereka tidak lagi punya keinginan, akhirnya ditinggalkan".